Sabtu, 08 September 2012

Makalah Maternitas KET




KEPERAWATAN MATERNITAS I a
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU



AKKES Asih Husada.JPG
 









Di Susun Oleh :
1.      Dwi Kristyowati               (10.863)
2.      Dwi Sulandari                  (10.864)
3.      Erna Fitrianti                   (10.866)
4.      Erna Puji Lestari             (10.867)
5.      Fendri                               (10.868)
6.      Fikron Arif Ma’ruf         (10.870)
7.      Heru Chandra                  (10.872)



PRODI D III KEPERAWATAN
AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA
SEMARANG
2012


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berkah,rahmat dan hidayah serta inayah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan dengan Kehamilan Ektopik Terganggu ini. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ibu Komsiyah, S.Kep, Ners. Selaku dosen pengampu mata ajar Keperawatan Maternitas I a
2.      Rekan - rekan mahasiswa Tingkat I, II, dan III Akademi Kesehatan Asih Husada Semarang
3.      Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Akan tetapi penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesalahan yang ada. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Amin.


Semarang,       Maret 2012


DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………….1
Kata Pengantar……………………………………………………………………….2
Daftar Isi……………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang………………………………………………………………….4
B.     Tujuan…………………………………………………………………………..5
BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian………………………………………………………………….......6
B.     Etiologi…………………………………………………………………….......6
C.     Manifestasi Klinis……………………………………………………………...7
D.    Patofisiologi……………………………………………………………….......7
E.     Pathway……………………………………………………………………….10
F.      Komplikasi……………………………………………………………………10
G.    Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………10
H.    Penatalaksanaan Medis……………………………………………………….10
I.       Asuhan Keperawatan…………………………………………………………11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………..21
B.     Saran………………………………………………………………………….21
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaanyang gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektipok terganggu.Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapioleh setiap dokter , karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalahdokter umum atau dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu di ketahui oleh setiapdokter klinik kehamilan ektopik tergangguserta diagnosis difernsialnya.
Hal yang perlu diingat ialah, bahwa setiap pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengangangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu di fikirkan kehamilan ektopik tergangguKehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi ataudiberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagisipenderita. (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)

B.     Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian KET
2.      Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi terjadinya KET
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya KET
4.      Mahasiswa mampu menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi klinik) terjadinya KET
5.      Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan KET


BAB II
TINJAUN TEORI
A.    Pengertian
Kehamilan Ektopik Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhanhasil konsepsi di luar endometrium (Mansjoer A, 2000 ; 267).
Kehamiian Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi bilatelur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavumuteri (Prawiroharjo S, 2002 ; 323).
Kehamiian Ektopik Terganggu adalah kehamilan dimana setelahfertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri (PrawiroharjoS, 1999, ; 1J2).
Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum uteri) (www.indosiar.com/idh)

B.     Etiologi
Etiologi dari kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. faktor-faktor yang memegang peranandalam hal ini ialah sebagai berikut :
1.      Faktor tuba, yaitu salpingitis, perlekatantuba, kelainan konginetal
2.      Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi
3.      Faktor ovarium yaitu migrasi luar ovum dan pembesaran ovum
4.      Faktor hormon esterogen
5.      Faktor lain, antara lain aborsi tuba dan pemakain IUD
(Dr. Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri, 2000)

C.    Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain :
1.      Tuba falopi, pars-intertisialis, isthmus, ampula, infundibulum, fimbrae
2.      Uterus, kanalis servikalis, divertikulum, kornu, tanduk rudimenter,
3.      Ovarium
4.      Intraligamenter

5.      Abdominal, primer dan sekunder
6.      Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus

D.    Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. 
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :
1.      Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2.      Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang. 
3.      Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.

E.     Manifestasi Klinis
Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain :
1.      Amenore
2.      Gejala kehamilan muda
3.      Nyeri perut bagian bawah pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba  danhebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada Abortus tubanyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat lain. Bila darahsampai diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu dan bila terjadihematokel retrouterina terdapat nyeri defekasi.
4.      Perdarahan pervapina bewarna coklat
5.      Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan,nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah

 (Mansjoer A, 2000 ; 267).


F.     Pathway
  Proses implantsi ovum yang dibuahi


 


                                                                  

         Pembuahan telur di ampula tube


 



  Perjalanan ke uterus, telur mengalami hambatan


 
                                                                                                                           


Kurangnya volume cairan
 
 
                             Bernidasi di tuba                   Perdarahan    


 
                                                                         pervagina



                  Kehamilan ektopik


 



                           Post op


 


                Inkontinuitas jaringan             Pordeensi











Resiko terjadi infeksi
 


Gangguan Rasa nyaman nyeri
 
 






G.    Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang muncul mungkin terjadi pada kehamilan ektopik,antara lain :
1.      Pada pengobatan konservatif, yaitu apabila ada ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding) ini merupakan indikasi operasi.
2.      Dapat menyebabakan infeksi.
3.      Terjadi subileus karena terdapat massa pada pelvis.
4.      Terjadi sterilitas.
5.      Apabila perdarahan terjadi secara terus-menerus maka bisa terjadi anemia akibat kekurangan darah
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang sering adalah pecahnya tuba falopii

H.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Laboratorium
a.       Pemeriksaan darah lengkap
b.      Pemeriksaan kadar hormon progesteron
c.       Pemeriksaan kadar HCG serum
d.      Pemeriksaan golongan darah
2.      Kuldosentesis (Pengambilan cairan peritoneal dari ekstra vasio rektouterina (ruang Douglas), melalui tindakan pungsi melalui dinding vagina).
3.      Ultrasonografi (USG)

I.       Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi (5). Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif

J.      Prognosis
Penderita kehamilan ektopik mempunyai kemungkinan yang lebih besar,untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu kemungkinan untuk mengalami kehamilan akan menurun.

K.    Diagnosa Banding
a.       Usus buntu (appendisitis akut)
b.      Peradangan daerah panggul

L.     Proses Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Biodata
1.         Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
2.         Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dantindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
3.         Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakahdekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
4.      Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akanmemudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentanggejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.

5.      Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien mengalamikehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
6.      Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.

b.      Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain itu klien ammeorrhoe.
c.       Riwayat penyakit sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudiandisusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
1.      Kadang disertai muntah
2.      Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3.      Terkumpulnya darah di rongga perut :
a.       Menegakkan dinding perut nyeri
b.      Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
4.      Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
d.      Riwayat penyakit masa lalu
1.      Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
2.      Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi
e.       Status obstetri ginekologi
1.      Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
2.      Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas kesehatan atau di dukun
3.      Grade multi
4.      Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
5.      Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi.

f.       Riwayat kesehatan keluarga
1.      Hal yang perlu dikaji kesehatan suami
2.      Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
g.      Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan
h.      Pola aktivitas sehari – hari
1.      Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
2.      Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
3.      Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
4.      Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.
i.        Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum
tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang lebih normal sampai gawat dengan shock berat dananemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255)


2.      Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155)
3.      Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan melalui leher dan thorax, Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan.
4.      Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perutmenegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalamrongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo S,1999, hal 257).
5.      Pemeriksaan genetalia
a.       Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman.
b.      Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan adanya darah yang keluar sedikit.
6.      Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.

2.      Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menggabungkan data danmengkaitkan data tersebut dengan konsep yang relevan untuk membuatkesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan.
Dalam analisa data ini pengelompokan data dilakukan berdasarkanreaksi baik subyektif maupun obyektif yang digunakan untuk menentukanmasalah dan kemungkinan penyebab.

3.      Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan.
b.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya rupturetuba atau robekan lapisan pelvis.
c.       Potensial shock berhubungan dengan perdarahan yang hebat
d.      Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesuburan yang terancam.

4.      Intervensi Keperawatan
a.       Gangguan pemebuhan kebutuhan cairan tubuh sehubungan dengan perdarahan.
Tujuan : perdarahan berhenti
Kriteria hasil : tidak ada tanda – tanda syok
Intervensi :
1.      Kaji perdarahan (jumlah, warna dan gumpalan)
Rasional : Untuk mengetahui adanya gejala shock
2.      Anjurkan klien banyak minum
Rasional : Dengan banyak minum maka dapat membantumengganti cairan tubuh yang hilang.
3.      Cek hemoglobin
Rasional : Mengetahui adanya enemi atau tidak
4.      Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian transfusi darah
Rasional : Untuk mengganti perdarahan yang banyak keluar.

b.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya tuba ataurobekan lapisan pelvis.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Ekspresi wajah klien tidak menyeringai menahan nyeri
Intervensi :
1.      Kaji tingkat nyeri klien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dar mengetahuitindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
2.      Kaji durasi, lokasi, frekuensi, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak,terus - menerus)
Rasional : Dengan mengetahui hal tersebut diatas dapatmengetahui tingkat dan jenis nyeri sehinggamempermudah intervensi selanjutnya.
3.      Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.
Rasional : Dengan menciptakan lingkungan yang nyaman bagiklien akan dapat mengurangi rasa nyeri klien, karenalingkungan yang tidak menambah persepsi nyeri klien.
4.      Ajarkan tekhnik relakasasi, dsitraksi dan imajinasi
Rasional : Dengan mengajarkan tehnik relaksasi, distraksi dapatmeringankan nyeri
5.      Berikan kompres dingin
Rasional : Dengan memberikan kompres dingin akan memberikanrasa nyaman pada klien sehingga dapat mengurangirasa nyeri.
6.      Berikan support sistem
Rasional : Dengan memberikan support system agar ibu dapatmengerti tentang perubahan bentuk tubuhnya yangcepat karena ada kelainan pada tubuhnya sehingga ibudapat tenang pada saat dilakukan tindakan.
7.      Lakukan massage pada klien
Rasional : Dengan melakukan massage akan memberikan rasanyaman pada ibu
8.      Atur posisi yang nyaman bagi klien
Rasional : Dengan mengatur posisi yang nyaman bagi klien akanmengurangi rasa nyeri
9.      Kolaborasi dengan tim medis
Rasional : Berkolaborasi akan membantu di dalam memberikanterapi analgesik.

c.       Potensial syok berhubungan dengan perdarahan yang hebat.
Tujuan : perdarahan berhenti
Krteria hasil : Hb klien normal ( 11 - 13 ) gr %



Intervensi :
1.      Monitor tanda – tanda vital
Rasional : Monitor tanda-tanda vital akan mengetahui keadaan dan perkembangan klien.
2.      Kaji perdarahan (jumlah, warna, gumpalan)
Rasional : Mengkaji perdarahan, jumlah, warna, gumpalan akanmengetahui gejala-gejala shock.
3.      Cek hemoglobin
Rasional : Cek Hb akan mengetahui keadaan Hb klien.
4.      Pasang infuse
Rasional : Memberikan infus akan menggantikan cairan yangkeluar.
5.      Lakukan pemeriksaan rhesus golongan darah
Rasional : Pemeriksaan tersebut memudahkan melakukantransfusi
6.      Berikan transfusi
Rasional : Memberikan transfusi darah akan menggantikan banyaknya darah yang keluar
7.      Observasi tanda – tanda syok
Rasional : Mengobservasi tanda-tanda shock akan dapat segera mengetahui adanya kemungkinan shock

d.      Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesuburan yang terancam
Tujuan : Rasa cemas klien hilang
Kriteria hasil : Kliendapatmengungkapkan perasaannya secara terbuka
Intervensi :
1.      Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan akan mengetahuitingkat cemas klien
2.      Kaji tingkat pengetahun klien
Rasional : Mengkaji tingkat pengetahuan klien akan dapatmengetahui latar belakang kehidupan klien



3.      Ajak klien untuk lebih terbuka
Rasional : Sikap terbuka akan mudah mengungkap masalah yangdihadapi klien yang dapat membantu penyembuhan
4.      Berikan penjelasan tentang penyakit yang sedang diderita
Rasional : Memberikan penjelasan pada klien akan membantu menenangkan jiwa klien
5.      Anjurkan pada keluarga untuk memberikan support system
Rasional : Memberikan support sistem akan membantu memberikan semangat bagi klien.



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kehamilan Ektopik Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhanhasil konsepsi di luar endometrium (Mansjoer A, 2000 ; 267).
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. faktor-faktor yang memegang peranandalam hal ini ialah sebagai berikut :
1.      Faktor tuba, yaitu salpingitis, perlekatantuba, kelainan konginetal
2.      Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi
Diagnosa yang mungkin timbul pada kehamilan ektopik terganggu adalah sebagai berikut :
1.      Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan.
2.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya rupturetuba atau robekan lapisan pelvis.
3.      Potensial shock berhubungan dengan perdarahan yang hebat
4.      Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesuburan yang terancam.

B.     Saran
Ó Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang penyakit Hipertensi dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ó Pasien harus dapat berpartisipasi dalam pemberian asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada dirinya
Ó Rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan yang berkualitas serta bermutu tinggi tanpa harus memandanng status, ras


DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed 3. Jakarta : EGC.
Moechtar R. 1998. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamialan Ektopik). Dalam: Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC ; 226-37
Smelzer,Suzanne.C,2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Brunner and Suddarth. Ed 8. Jakarta : EGC.