KEPERAWATAN MATERNITAS I a
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Di Susun Oleh
:
1.
Dwi Kristyowati (10.863)
2.
Dwi Sulandari (10.864)
3.
Erna Fitrianti (10.866)
4.
Erna Puji Lestari (10.867)
5.
Fendri (10.868)
6.
Fikron Arif Ma’ruf (10.870)
7.
Heru Chandra (10.872)
PRODI D III KEPERAWATAN
AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA
SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah melimpahkan berkah,rahmat dan hidayah serta inayah sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan dengan Kehamilan
Ektopik Terganggu ini. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu
Komsiyah, S.Kep, Ners. Selaku dosen pengampu
mata ajar Keperawatan Maternitas I a
2. Rekan - rekan mahasiswa Tingkat
I, II, dan III Akademi
Kesehatan Asih Husada Semarang
3. Semua
pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Akan tetapi penyusun berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesalahan yang
ada. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Amin.
Semarang, Maret
2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………….1
Kata Pengantar……………………………………………………………………….2
Daftar Isi……………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………………………….4
B. Tujuan…………………………………………………………………………..5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian………………………………………………………………….......6
B. Etiologi…………………………………………………………………….......6
C. Manifestasi
Klinis……………………………………………………………...7
D. Patofisiologi……………………………………………………………….......7
E. Pathway……………………………………………………………………….10
F. Komplikasi……………………………………………………………………10
G. Pemeriksaan
Penunjang………………………………………………………10
H. Penatalaksanaan
Medis……………………………………………………….10
I. Asuhan
Keperawatan…………………………………………………………11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..21
B. Saran………………………………………………………………………….21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah adalah
suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan
besarnya kemungkinan terjadi keadaanyang gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi
apabila kehamilan ektipok terganggu.Kehamilan ektopik terganggu merupakan
peristiwa yang dapat di hadapioleh setiap dokter , karena sangat beragamnya
gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang
menghadapi penderita untuk pertama kali adalahdokter umum atau dokter ahli
lainnya, maka dari itu, perlu di ketahui oleh setiapdokter klinik kehamilan
ektopik tergangguserta diagnosis difernsialnya.
Hal
yang perlu diingat ialah, bahwa setiap pada setiap wanita dalam masa
reproduksi dengangangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri
perut bagian bawah, perlu di fikirkan kehamilan ektopik tergangguKehamilan
ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak
diatasi ataudiberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan
bagisipenderita. (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
B.
Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa
mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET)
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu
mengetahui tentang pengertian KET
2.
Mahasiswa mampu
memahami tentang etiologi terjadinya KET
3.
Mahasiswa mampu
menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya KET
4.
Mahasiswa mampu
menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi klinik) terjadinya KET
5.
Mahasiswa mampu menyusun
asuhan keperawatan maternitas dengan KET
BAB II
TINJAUN TEORI
A.
Pengertian
Kehamilan Ektopik Terganggu adalah implantasi
dan pertumbuhanhasil konsepsi di luar endometrium (Mansjoer A, 2000 ; 267).
Kehamiian
Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi bilatelur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavumuteri (Prawiroharjo S, 2002 ;
323).
Kehamiian
Ektopik Terganggu adalah kehamilan dimana setelahfertilisasi, implantasi
terjadi di luar endometrium kavum uteri (PrawiroharjoS, 1999, ; 1J2).
Kehamilan
Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim
(kavum uteri) (www.indosiar.com/idh)
B.
Etiologi
Etiologi dari kehamilan ektopik telah
banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.
faktor-faktor yang memegang peranandalam hal ini ialah sebagai berikut :
1.
Faktor tuba, yaitu salpingitis,
perlekatantuba, kelainan
konginetal
2.
Kelainan zigot,
yaitu kelainan kromosom dan malformasi
3.
Faktor ovarium
yaitu migrasi luar ovum dan pembesaran ovum
4.
Faktor hormon
esterogen
5.
Faktor lain, antara
lain aborsi tuba dan pemakain IUD
(Dr.
Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri, 2000)
C.
Klasifikasi
Sarwono
Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing
dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara
lain :
1.
Tuba falopi, pars-intertisialis, isthmus, ampula, infundibulum, fimbrae
2.
Uterus, kanalis
servikalis, divertikulum, kornu, tanduk rudimenter,
3.
Ovarium
4.
Intraligamenter
5.
Abdominal, primer
dan sekunder
6.
Kombinasi kehamilan
dalam dan luar uterus
D.
Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan
yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi
secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi
pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya
dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen
oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili
khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak
jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari
beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di
bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi
dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah
menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel
membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler.
Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel
luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang
ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai
reaksi Arias-Stella.
Setelah
janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan
secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan
ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang
degeneratif.
Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi
adalah :
1.
Hasil konsepsi mati
dini dan diresorbsi
Pada implantasi
secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang
dan dengan mudah diresobsi total.
2.
Abortus ke dalam
lumen tuba
Perdarahan yang
terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada
dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding
tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah
perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba
terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui
ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan
berhenti dan gejala-gejala menghilang.
3.
Ruptur dinding tuba
Penyebab utama
dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan
muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang
dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya
ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur
dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada
koitus dan pemeriksaan vagina.
E.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinik
dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda dan gejalanya
sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut.
Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain :
1.
Amenore
2.
Gejala kehamilan
muda
3.
Nyeri perut bagian bawah
pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba
danhebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada Abortus
tubanyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat lain. Bila darahsampai
diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu dan bila terjadihematokel retrouterina
terdapat nyeri defekasi.
4.
Perdarahan
pervapina bewarna coklat
5.
Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks
digerakkan,nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah
(Mansjoer
A, 2000 ; 267).
F.
Pathway
Proses implantsi ovum yang dibuahi
Pembuahan telur di ampula tube
Perjalanan ke
uterus, telur mengalami hambatan
|
Bernidasi di tuba Perdarahan
pervagina
Kehamilan ektopik
Post op
Inkontinuitas jaringan Pordeensi
|
|||||
|
G.
Komplikasi
Ada
beberapa komplikasi yang muncul mungkin terjadi pada kehamilan ektopik,antara
lain :
1.
Pada pengobatan
konservatif, yaitu apabila ada ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu),
terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding) ini merupakan indikasi operasi.
2.
Dapat menyebabakan
infeksi.
3.
Terjadi subileus karena
terdapat massa pada pelvis.
4.
Terjadi sterilitas.
5.
Apabila perdarahan
terjadi secara terus-menerus maka bisa terjadi anemia akibat kekurangan darah
Komplikasi
juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya bila terjadi
kehamilan tuba, komplikasi yang sering adalah pecahnya tuba falopii
H.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Pemeriksaan darah
lengkap
b.
Pemeriksaan kadar
hormon progesteron
c.
Pemeriksaan kadar
HCG serum
d.
Pemeriksaan
golongan darah
2.
Kuldosentesis
(Pengambilan cairan peritoneal dari ekstra vasio rektouterina (ruang Douglas),
melalui tindakan pungsi melalui dinding vagina).
3.
Ultrasonografi
(USG)
I.
Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap
jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap
dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif)
yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi
atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui
vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan
perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi
ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan
terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat
tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat
dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan
laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum
uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini
mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber
perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga
abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah.
Untuk
kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan
dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan
tindakan sistektomi ataupun oovorektomi (5). Sedangkan kehamilan
ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan
perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali
mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif
J.
Prognosis
Penderita kehamilan ektopik
mempunyai kemungkinan yang lebih besar,untuk mengalami kehamilan ektopik
kembali. Selain itu kemungkinan untuk mengalami kehamilan akan menurun.
K.
Diagnosa
Banding
a.
Usus buntu
(appendisitis akut)
b.
Peradangan daerah
panggul
L.
Proses Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Biodata
1.
Nama, sebagai
identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik atau catat apakah klien
pernah dirawat disini atau tidak.
2.
Umur, Digunakan
sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dantindakan, juga sebagai acuan
pada umur berapa penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada keterangan sering
terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
3.
Alamat, sebagai
gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakahdekat atau jauh dari
pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
4.
Pendidikan, Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akanmemudahkan dalam pemberian
penjelasan dan pengetahuan tentanggejala / keluhan selama di rumah atau Rumah
Sakit.
5.
Status pernikahan, Dengan
status perkawinan mengetahui berapa kali klien mengalamikehamilan (KET) atau
hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan.
6.
Pekerjaan, Untuk
mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga memungkinkan menjadi
faktor resiko terjadinya KET.
b.
Keluhan Utama
Nyeri hebat pada
perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain itu klien ammeorrhoe.
c.
Riwayat penyakit
sekarang
Awalnya wanita
mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudiandisusul dengan adanya nyeri hebat
seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya
disertai adanya perdarahan pervagina :
1.
Kadang disertai
muntah
2.
Keadaan umum klien
lemah dan adanya syok
3.
Terkumpulnya darah
di rongga perut :
a.
Menegakkan dinding
perut nyeri
b.
Dapat juga
menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
4.
Perdarahan terus
menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
d.
Riwayat penyakit
masa lalu
1.
Mencari faktor pencetus
misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit /
membantu.
2.
Endometritis
endometritis tidak baik bagian nidasi
e.
Status obstetri
ginekologi
1.
Usia perkawinan,
sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
2.
Riwayat persalinan
yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan
di petugas kesehatan atau
di dukun
3.
Grade multi
4.
Riwayat penggunaan
alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
5.
Adanya keluhan
haid, keluarnya darah haid dan bau
yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi.
f.
Riwayat kesehatan
keluarga
1.
Hal yang perlu
dikaji kesehatan suami
2.
Suami mengalami infeksi
system urogenetalia, dapat menular padaistri dan dapat mengakibatkan infeksi
pada celvix.
g.
Riwayat Psikososial
Tindakan
salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri, selain itu
menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan
h.
Pola aktivitas
sehari – hari
1.
Pola nutrisi
Pada rupture
tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan vomiting
karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
2.
Eliminasi
Pada BAB klien
ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu diakibatkan karena
penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan
cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam pengeluaran faeces.Pada
BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake
makanan dan cairan yang kurang.
3.
Personal hygiene
Luka operasi
dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas
karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam personal hygiene
tergantung pada orang lain.
4.
Pola aktivitas
(istirahat tidur)
Terjadi gangguan
istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei retropertonial
menumpuk pada cavum Douglasi.
i.
Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum
tergantung
banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang lebih normal
sampai gawat dengan shock berat dananemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255)
2.
Pemeriksaan kepala
dan leher
Muka dan mata
pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155)
3.
Pemeriksaan leher
dan thorak
Tanda-tanda
kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan melalui leher dan
thorax, Payudara pada KET,
biasanya mengalami perubahan.
4.
Pemeriksaan abdomen
Pada abortus
tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan pada
pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak begitu
padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping
uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perutmenegang
dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalamrongga peritoneum. Kavum
Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik pada
abortus tuba maupun padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali
(Prawiroharjo S,1999, hal 257).
5.
Pemeriksaan
genetalia
a.
Sebelum dilakukan
tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia eksterna dapat ditemukan adanya
perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna
merah kehitaman.
b.
Setelah dilakukan
tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan adanya darah yang
keluar sedikit.
6.
Pemeriksaan
ekstremitas
Pada ekstrimitas
atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat syok serta tanda-tanda
cyanosis perifer pada tangandan kaki.
2.
Analisa Data
Analisa
data adalah kemampuan menggabungkan data danmengkaitkan data tersebut dengan
konsep yang relevan untuk membuatkesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan.
Dalam
analisa data ini pengelompokan data dilakukan berdasarkanreaksi baik subyektif
maupun obyektif yang digunakan untuk menentukanmasalah dan kemungkinan
penyebab.
3.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan.
b.
Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan adanya rupturetuba atau robekan lapisan pelvis.
c.
Potensial shock
berhubungan dengan perdarahan yang hebat
d.
Gangguan psikologis
(cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesuburan yang
terancam.
4.
Intervensi
Keperawatan
a.
Gangguan pemebuhan
kebutuhan cairan tubuh sehubungan dengan perdarahan.
Tujuan
: perdarahan berhenti
Kriteria
hasil : tidak ada tanda – tanda syok
Intervensi
:
1.
Kaji perdarahan
(jumlah, warna dan gumpalan)
Rasional
: Untuk mengetahui adanya gejala shock
2.
Anjurkan klien
banyak minum
Rasional
: Dengan banyak minum maka dapat membantumengganti
cairan tubuh yang hilang.
3.
Cek hemoglobin
Rasional
: Mengetahui adanya enemi atau tidak
4.
Kolaborasi dengan
tim medis tentang pemberian transfusi darah
Rasional
: Untuk mengganti perdarahan yang banyak keluar.
b.
Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan adanya tuba ataurobekan lapisan pelvis.
Tujuan
: nyeri berkurang atau hilang
Kriteria
hasil : Ekspresi wajah klien tidak menyeringai
menahan nyeri
Intervensi
:
1.
Kaji tingkat nyeri
klien
Rasional
: Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dar
mengetahuitindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
2.
Kaji durasi, lokasi,
frekuensi, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak,terus - menerus)
Rasional
: Dengan mengetahui hal tersebut diatas
dapatmengetahui tingkat dan jenis nyeri sehinggamempermudah intervensi
selanjutnya.
3.
Ciptakan lingkungan
yang nyaman bagi klien.
Rasional
: Dengan menciptakan lingkungan yang nyaman bagiklien
akan dapat mengurangi rasa nyeri klien, karenalingkungan yang tidak menambah
persepsi nyeri klien.
4.
Ajarkan tekhnik
relakasasi, dsitraksi dan imajinasi
Rasional
: Dengan mengajarkan tehnik relaksasi, distraksi
dapatmeringankan nyeri
5.
Berikan kompres
dingin
Rasional
: Dengan memberikan kompres dingin akan memberikanrasa
nyaman pada klien sehingga dapat mengurangirasa nyeri.
6.
Berikan support
sistem
Rasional
: Dengan memberikan support system agar ibu
dapatmengerti tentang perubahan bentuk tubuhnya yangcepat karena ada kelainan
pada tubuhnya sehingga ibudapat tenang pada saat dilakukan tindakan.
7.
Lakukan massage
pada klien
Rasional
: Dengan melakukan massage akan memberikan rasanyaman
pada ibu
8.
Atur posisi yang
nyaman bagi klien
Rasional
: Dengan mengatur posisi yang nyaman bagi klien
akanmengurangi rasa nyeri
9.
Kolaborasi dengan
tim medis
Rasional
: Berkolaborasi akan membantu di dalam memberikanterapi
analgesik.
c.
Potensial syok
berhubungan dengan perdarahan yang hebat.
Tujuan
: perdarahan berhenti
Krteria
hasil : Hb klien normal ( 11 - 13 ) gr %
Intervensi
:
1.
Monitor tanda –
tanda vital
Rasional
: Monitor tanda-tanda vital akan mengetahui keadaan
dan perkembangan klien.
2.
Kaji perdarahan
(jumlah, warna, gumpalan)
Rasional
: Mengkaji perdarahan, jumlah, warna, gumpalan
akanmengetahui gejala-gejala shock.
3.
Cek hemoglobin
Rasional
: Cek Hb akan mengetahui keadaan Hb klien.
4.
Pasang infuse
Rasional
: Memberikan infus akan menggantikan cairan
yangkeluar.
5.
Lakukan pemeriksaan
rhesus golongan darah
Rasional : Pemeriksaan tersebut
memudahkan melakukantransfusi
6.
Berikan transfusi
Rasional
: Memberikan transfusi darah akan
menggantikan banyaknya darah yang keluar
7.
Observasi tanda –
tanda syok
Rasional
: Mengobservasi tanda-tanda shock akan dapat segera mengetahui adanya
kemungkinan shock
d.
Gangguan psikologis
(cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesuburan yang
terancam
Tujuan
: Rasa cemas klien hilang
Kriteria
hasil : Kliendapatmengungkapkan perasaannya
secara terbuka
Intervensi
:
1.
Kaji tingkat
kecemasan
Rasional
: Mengetahui tingkat kecemasan akan mengetahuitingkat
cemas klien
2.
Kaji tingkat
pengetahun klien
Rasional
: Mengkaji tingkat pengetahuan klien akan
dapatmengetahui latar belakang kehidupan klien
3.
Ajak klien untuk
lebih terbuka
Rasional
: Sikap terbuka akan mudah mengungkap masalah yangdihadapi
klien yang dapat membantu penyembuhan
4.
Berikan penjelasan
tentang penyakit yang sedang diderita
Rasional
: Memberikan penjelasan pada klien akan membantu menenangkan jiwa klien
5.
Anjurkan pada keluarga
untuk memberikan support system
Rasional : Memberikan
support sistem akan membantu memberikan semangat bagi klien.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kehamilan
Ektopik Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhanhasil konsepsi di luar
endometrium (Mansjoer A, 2000 ; 267).
Etiologi
kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebabnya
tidak diketahui. faktor-faktor yang memegang peranandalam hal ini ialah sebagai
berikut :
1.
Faktor tuba, yaitu salpingitis,
perlekatantuba, kelainan
konginetal
2.
Kelainan zigot,
yaitu kelainan kromosom dan malformasi
Diagnosa yang mungkin timbul pada kehamilan ektopik
terganggu adalah sebagai berikut :
1.
Gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan.
2.
Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan adanya rupturetuba atau robekan lapisan pelvis.
3.
Potensial shock
berhubungan dengan perdarahan yang hebat
4.
Gangguan psikologis
(cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesuburan yang
terancam.
B.
Saran
Ó Dengan
adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang penyakit
Hipertensi dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ó Pasien
harus dapat berpartisipasi dalam pemberian asuhan keperawatan yang diberikan
oleh perawat kepada dirinya
Ó Rumah
sakit harus dapat memberikan pelayanan yang berkualitas serta bermutu tinggi
tanpa harus memandanng status, ras
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed 3.
Jakarta : EGC.
Moechtar R. 1998. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamialan
Ektopik). Dalam: Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis.
Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC ; 226-37
Smelzer,Suzanne.C,2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Brunner
and Suddarth. Ed 8. Jakarta : EGC.